Ada ketakutan pada karyawan ketika organisasi mengumumkan akan menjalankan program Six Sigma. Ketakutan ini terjadi karena gagalnya memahami definisi dan tujuan implementasi dari Six Sigma terhadap organisasi.
Hal ini makin diperparah karena banyak organisasi menerapkan Six Sigma di saat krisis, tak jarang juga organisasi menerapkan Six Sigma sebagai justifikasi untuk melakukan pemotongan biaya, sumber daya termasuk manusia.Stigma negatif tentang six sigma yang melekat di benak karyawan berimplikasi pada timbulnya resistensi, turunnya moral karyawan, dan kontraproduktif.
Baiklah mari kita lihat sebuah contoh bawah ini:
Jika Manajer HRD melihat bahwa tingkat overtime/ lembur karyawan tinggi. Kemudian ingin melakukan perbaikan dengan “menggunakan” metodologi Six Sigma untuk menurunkan biaya lembur tersebut. Kira-kira apa judul inisiatif perbaikannya?
Jika anda menjawab “Reduce Overtime Cost” bisa dipastikan bahwa anda belum cukup akurat memahami Six Sigma. Tujuan dari Six Sigma adalah bagaimana kita bisa memenuhi harapan pelanggan. Jadi fokusnya adalah pada pelanggan dan apa keinginannya. Siapa yang dimaksud pelanggan? Pelanggan di sini mencakup pelanggan eksternal dan pelanggan internal (karyawan). Memenuhi keinginan pelanggan yang satu di lain sisi menyengsarakan pelanggan yang lainnya jelas bukan tujuan dari Six Sigma. Ibaratnya seperti ingin mengambil buah apel di pucuk pohon dengan cara menebang pohonnya.
Kembali ke masalah judul proyek, ketika tujuannya adalah mengurangi biaya lembur, maka fokus tindakannya akan berputar pada bagaimana agar biaya lembur tidak dibayarkan. Di mana seharusnya yang menjadi fokus kita adalah kenapa lembur terjadi? Lembur bisa terjadi karena pengelolaan perencanaan produksi yang tidak baik. Maka dengan Memperbaiki Perencanaan Produksi dan Kontrol terhadap supply barang dan inventory, kita bisa memenuhi permintaan pelanggan tepat waktu dan tepat jumlah (kepuasan pelanggan eksternal) tanpa memaksa karyawan mengorbanan waktu dan energinya untuk bekerja ekstra (kepuasan pelanggan internal).
Six Sigma adalah metodologi yang sudah terbukti untuk melakukan perbaikan kinerja perusahaan, namun ketika Six Sigma dipakai sebagai inisiatif untuk melakukan pemotongan biaya, suatu saat program ini akan mati, karena kita akan sampai pada suatu titik di mana tidak ada lagi biaya yang bisa ditekan. Inisiatif Six Sigma seharusnya dipakai untuk mengejar dan memenuhi keinginan pelanggan, karena sifat pelanggan adalah relatif dan revenue itu tidak berbatas, maka anda tidak akan kehabisan ide untuk melakukan perbaikan dan yang terpenting tidak menyengsarakan karyawan
Sekarang ini banyak pemimpin perusahaan mengalami kesulitan dalam mengubah budaya organisasinya, tepatnya budaya karyawannya. Para pemimpin perusahaan dituntut untuk mampu meningkatkan produktivitas, membuat karyawan lebih disiplin dalam bekerja, menurunkan biaya produksi, sampai tujuan akhirnya adalah meningkatkan keuntungan perusahaan.