Sesuai dengan nama blog ini, topik-topik yang akan dibahas adalah seputar six sigma: baik itu implementasinya dan tools yang ada di dalamnya. Namun kita belum membahas tentang apa itu six sigma sebenarnya?
Baiklah, artikel kita kali ini akan membahas six sigma dari segi definisi. Dari ratusan buku tentang six sigma, ada banyak definisi yang dipaparkan – namun jika kita tarik garis kesimpulan ada tiga hal yang mendasar dari definisi six sigma. Kita bahas satu persatu
Six Sigma sebagai alat ukur
Alat apa yang kita pakai jika kita ingin tahu lebih berat siapa antara anda dengan saya?…betul timbangan. Jika ingin tahu lebih tinggi?….maka meteran lah jawabannya.
Hal yang sama juga berlaku demikian, jika kita ingin membandingkan dua atau lebih proses yang berbeda dan ingin mengetahui mana yang lebih bagus kinerjanya? Maka six sigma-lah alat ukurnya.
Tingkat seberapa bagus, dilihat dari seberapa banyak produk/ jasa yang kita hasilkan sesuai dengan ekspektasi pelanggan, atau dengan kata lain semakin kecil cacat yang dihasilkan oleh proses kita, maka semakin bagus proses kita.
Secara statistik, six sigma berarti proses kita tidak akan membuat barang cacat lebih dari 3,4 setiap satu juta produk atau jasa yang diterima oleh pelanggan, semakin sedikit cacat yang anda buat maka sigma levelnya akan semakin tinggi. Untukbisa melihat lebih detail lagi tentang sigma level, lihat tabel di bawah ini:
Sigma Cacat dalam Prosentase cacat dalam sejuta kesempatan
1 69% 691,462
2 31% 308,538
3 6.7% 66,807
4 0.62% 6,210
5 0.023% 233
6 0.00034% 3.4
Six Sigma sebagai Metodologi
Dalam pemecahan suatu masalah, six sigma menyediakan metodologi yang dikenal dengan DMAIC. Define adalah memvalidasi masalah, Measure adalah mengukur masalah tersebut, Analyze mencari sumber atau akar permasalahan, Improve menentukan, memprioritaskan, dan mengimplementasi solusi dari tiap masalah yang sudah tervalidasi, Control adalah menjaga agar solusi yang sudah diterapkan tetap berjalan agar permasalahan tidak muncul kembali.
Metodologi dalam six sigma tidak harus menggunakan DMAIC, ketika anda berkeinginan untuk membuat suatu produk baru kita mengenal DMADV. Kita akan bahas lebih detail dalam artikel-artikel selanjutnya tentang metodologi ini
Six Sigma sebagai Sistem Manajemen
Penggunaan alat ukur yang konsisten akan menmbantu organisasi memahami dan mengontrol proses intinya, dan dengan metodologi problem solving yang sistematis akan membantu organisasi mendapatkan solusi yang berdasarkan akar permasalahan.
Namun, pada kenyataannya menerapkan alat ukur dan disiplin metodologi yang tepat ternyata belum menjamin organisasi untuk mencapai peningkatan kinerja yang luar biasa.
Untuk itu, pada tataran yang lebih tinggi, six sigma bisa dipakai juga sebagai praktikal sistem manajemen yang berfokus pada empat area:
- Memahami siapa pelanggan dan kebutuhannya
- Menyeleraskan strategi dan proses-proses inti dalam pemenuhan kebutuhan tersebut
- Menggunakan analisa data yang rinci untuk memahami dan meminimalkan variasi pada proses inti
- Infrastruktur yang kuat,untuk menjamin jalannya aktivitas perbaikan dalam organisasi dapat melaju bebas hambatan
Jika alat ukur yang tepat, metodologi yang terbukti, dan manajemen sistem yang kuat digabungkan maka organisasi anda akan merasakan dampak perbaikan yang besar.
Jika Anda bosan dengan penjelasan problem solving yang penuh teori, Anda dapat mencicipi ebook sederhana yang penuh cerita seru. FREE. Buku ini memberikan penjelasan problem solving yang ringan tetapi tepat sasaran. Lengkapnya.