Is My Organization Ready to Implement Lean Six Sigma?

By: SSCX – Six Sigma Indonesia Center of Excellence

Once you have decided to implement a quality program (e.g. Lean Six Sigma) within your business or organization, you will devote a lot of time and resources. Undertaking a program is a major organizational commitment that the success depends on many factors, such as the company’s culture, and top management involvement. Not all organizations are ready for such commitment. Here we share to you the key guidance to identify some of the successful deployment criteria, and form your own conclusions about your organizations readiness.

1. Analyze The Organization and Its Need For Quality Improvement
Before you go through further steps, you should understand your organization’s operations, how it functions in its environment, what its strengths and weaknesses are, and how it will be affected by proposed quality improvement changes in order to craft an effective implementation plan. If this first step is not sound, no amount of implementation know-how will help your organization achieve its goals.

Quality improvement change will not occur unless the forces driving it are stronger than those resisting it. By lifting these forces, you as a manager have a way to determine your organizations’ readiness for change.

Few tactics to be considered in the process as follow:
Continue reading “Is My Organization Ready to Implement Lean Six Sigma?”

Six Sigma Bukan Sekedar Cost Reduction

Ada ketakutan pada karyawan ketika organisasi mengumumkan akan menjalankan program Six Sigma. Ketakutan ini terjadi karena gagalnya memahami definisi dan tujuan implementasi dari Six Sigma terhadap organisasi.

Hal ini makin diperparah karena banyak organisasi menerapkan Six Sigma di saat krisis, tak jarang juga organisasi menerapkan Six Sigma sebagai justifikasi untuk melakukan pemotongan biaya, sumber daya termasuk manusia.Stigma negatif tentang six sigma yang melekat di benak karyawan berimplikasi pada timbulnya resistensi, turunnya moral karyawan, dan kontraproduktif.

Baiklah mari kita lihat sebuah contoh bawah ini:

Jika Manajer HRD melihat bahwa tingkat overtime/ lembur karyawan tinggi. Kemudian ingin melakukan perbaikan dengan “menggunakan” metodologi Six Sigma untuk menurunkan biaya lembur tersebut. Kira-kira apa judul inisiatif perbaikannya?

Jika anda menjawab “Reduce Overtime Cost” bisa dipastikan bahwa anda belum cukup akurat memahami Six Sigma. Tujuan dari Six Sigma adalah Continue reading “Six Sigma Bukan Sekedar Cost Reduction”

Delapan Kualitas Utama Seorang Green Belt

Seorang green belt adalah karyawan dari sebuah organisasi yang sudah dibekali dengan metodologi memperbaikan Six Sigma dan yang nantinya akan mempunyai tanggung jawab untuk memimpin sebuah proyek perbaikan. Berbeda dengan Black Belt, seorang Green Belt tidak mendedikasikan seluruh waktunya untuk mengerjakan proyek perbaikan, dan lingkup area proyeknya biasanya masih dalam area kerjanya.

Namun dari segi kualifikasi dan kompetensi seorang Green Belt tidak kalah dengan seorang Black Belt. Bersama Black Belt, Green belt adalah agen perubahan dalam organisasi tempat dia bernaung Berikut adalah delapan kualitas utama seorang green belt.

  • Pemimpin dan Pemain Tim yang hebat. Seorang GB harus memiliki kemampuan untuk memimpin, bekerja dengan tim, menjadi bagian dari tim dan memahami dinamika tim (team stages). Agar dapat memimpin tim secara efektif, seorang GB harus memiliki interpersonal skill yang bagus. Kemampuan persuasif, mudah bergaul dan  memotivasi orang lain adalah kemampuan yang harus dimiliki seorang GB.
  • Passion (semangat). Seorang GB harus mampu memotivasi diri sendiri, memiliki inisiatif dan kepribadian yang dapat dipercaya dan berintegritas tinggi. Semangat yang tinggi akan membantu GB untuk terus maju dan produktif. Passion juga memberi ketabahan untuk tetap bertahan dalam masa-masa sulit dalam perjalanan proyek.
  • Mempunyai pengetahuan tentang proses.  Seorang GB adalah orang yang paham tentang proses yang ada di wilayahnya. Dia memahami definisi “cacat” yang dihasilkan oleh proses.
  • Manajemen Proyek. Seorang GB harus memiliki kemampuan dalam mengelola sebuah proyek dari menerjemahkan kebutuhan bisnis, ruang lingkup kerja, pemanfaatan sumber daya, waktu, dan variasi perspektif.
  • Kemampuan Teknis. Seorang GB tidak harus berlatar belakang teknik atau ahli statistik, namun seorang GB dituntut untuk memiliki kemampuan mengumpulkan dan menganalisa data untuk menentukan strategi perbaikan. Seorang GB memang tidak perlu tahu semua tool statistik, namun GB harus memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi kebutuhan analisa data, memvalidasi sistem pengukuran dan meminta bantuan BB.
  • Advokat bagi pelanggan. Seorang GB  memahami peran penting dari pelanggan (baik internal ataupun eksternal). GB paham bahwa pelanggan adalah hakim tertinggi penentu dari kualitas produk dan jasa yang dibuat. Memahami dengan tepat kemauan pelanggan dan mampu mengkomunikasikan dalam bahasa proses adalah kualifikasi yang wajib dipunyai seorang GB.
  • Berorientasi pada hasil. GB tahu apa yang dikerjakannya selalu didasarkan pada hasil yang nyata untuk perusahaannya.
  • Dapat dipercaya dan berintegritas. Selalu berbicara dengan data dan fakta.

sumber gambar: http://farm3.static.flickr.com/2524/3800306068_a668c45b19.jpg

Delapan kualitas utama di atas memiliki bobot yang sama pentingnya, dan wajib dipunya oleh seorang Green Belt yang efektif.

Konsultan Lean Six Sigma

Konsultan Lean Six Sigma adalah mereka yang biasanya memiliki pengalaman dalam implementasi Lean Six Sigma di perusahaan-perusahaan lain. Umumnya, konsultan lean six sigma menawarkan pengalaman mereka selama ini ke calon klien mereka. Perbedaan antara satu konsultan ke konsultan lain adalah pengalaman mereka dalam training dan coaching untuk Lean Six Sigma, pendekatan yang mereka gunakan, pengalaman implementasi dari awal, kemudian bahan pelatihan dan komitmen waktu.

Pengalaman training dan coaching untuk Lean Six Sigma juga harus dilihat apakah mereka hanya menggunakan DMAIC ataukah termasuk DFSS. Kita juga harus memperhatikan role atau peran mereka sebelumnya, apakah hanya Green Belt atau bagaimana?

Sertifikasi untuk kompetensi walau tidak mandatory tetapi sedikit banyak bisa memberi gambaran kompetensi konsultan lean six sigma. Sertifikasi Lean Six Sigma cukup banyak ditawarkan, perhatikan kredibilitas badan sertifikasi. Kompetensi pelatihan atau training adalah Continue reading “Konsultan Lean Six Sigma”

Getting to Know Lean Six Sigma

By: SSCX – Six Sigma Indonesia Center of Excellence

It is clearly not an easy task for all of us to explain what the true definition of Six Sigma is in a plain language. Imagine you’re in an elevator, a guy approach you and ask you:

“What is that Six Sigma training modules you’re holding?”

you have only 30 seconds to explain Six Sigma, and we believe you will not have the time to explain DMAIC or 3.4 DPOM. So, let’s use simple metaphor to help ourselves.

So, what is Six Sigma?
Continue reading “Getting to Know Lean Six Sigma”

5-Why Analysis

Why-Why Analysis adalah alat bantu (tool) root cause analysis untuk problem solving.  Tool ini membantu mengidentifikasi akar masalah atau penyebab dari sebuah ketidaksesuaian pada proses atau produk.
Why-Why Analysis atau 5 Why’s Analysis biasa digunakan bersama dengan Diagram Tulang Ikan (Fishbone Diagram) dan menggunakan teknik iterasi dengan bertanya MENGAPA (Why) dan diulang beberapa kali sampai menemukan akar masalahnya.
Contohnya sebagai berikut:
Masalah: Mesin Breakdown/Rusak.

Continue reading “5-Why Analysis”

Memprioritaskan Kebutuhan Pelanggan dengan Kano Model

Pelanggan adalah fokus setiap proyek Six Sigma. Dua hal pokok dari Six Sigma adalah mengetahui apa yang diinginkan pelanggan dan bagaimana kita memenuhinya. Setiap Organisasi disarankan pandai untuk mengelola ekspektasi pelanggan, karena pada dasarnya setiap pelanggan tidak akan pernah dipuaskan. Kepuasan relatif terhadap waktu.

Bagaimana organisasi menganalisa kebutuhan pelanggannya? Bagaimana mengetahui kebutuhan pelanggan mana yang kita prioritaskan? Apakah kita harus memenuhi semua permintaan pelanggan? Adalah sejumlah pertanyaan yang umum ditanyakan ketika membicarakan pelanggan dan kebutuhannya. Salah satu teknik yang memudahkan kita dalam mengatasi pertanyaan-pertanyaan di atas adalah Kano Model, sebuah Continue reading “Memprioritaskan Kebutuhan Pelanggan dengan Kano Model”

Control Chart – Part 1

Apa itu Control Chart?

Contol chart akan memberitahu anda, apa yang dapat diharapkan dari sebuah proses. Tool ini juga akan membantu anda mengetahui jika ada hal-hal yang menyimpang dalam proses, sehingga anda bisa langsung mengambil tindakan dan mengembalikan proses pada jalur yang benar. Misalnya, jika anda memiliki variasi dalam proses, apakah variasi tersebut terjadi secara alami dan terprediksi, atau apakah ada sesuatu yang salah, yang membutuhkan investigasi lanjutan?

Tool control chart akan membantu Process Owner keluar dari kebiasaan buruk, yaitu hanya mengambil tindakan berdasarkan data-data terbaru saja. Jika anda hanya melihat data-data terbaru, info yang anda dapatkan tidak akan cukup lengkap untuk menghasilkan keputusan yang baik.

Tool ini juga akan memberitahu anda, kapan untuk melakukan investigasi lanjutan atas sebuah penyimpangan, dan kapan anda bisa membiarkannya saja. Singkatnya, control chart akan membantu anda untuk lebih produktif dan menghindari waktu dan energi terbuang untuk hal-hal yang tidak perlu.

Bentuk dan Tipe Control Chart

Pada control chat dalam bentuk umum, kita akan melakukan perencanaan kinerja proses dalam bentuk grafik. Chart akan memiliki tiga garis: UCL (Upper Control Limit), Mean (nilai rata-rata), dan LCL (Lower Control Limit). Jika data anda masih berada didalam batas 3 garis ini, maka dapat diasumsikan tidak ada masalah yang berarti dalam proses anda pada saat ini.

Dalam keluarga control chart, terdapat banyak tipe dan rupa yang dapat anda temukan. Beberapa diantaranya adalah:

  • Individual Control Charts
  • I & MR Control Charts
  • X-Bar & S Charts
  • X-Bar & R Charts
  • P-Charts
  • U-Charts

Untungnya, semua control charts tersebut memiliki format 3 garis yang sama: garis tengah, UCL dan LCL. Tujuan dari pembuatan semua control chart tersebut adalah membuat plotting data sehingga anda bisa langsung melihat kasus-Special Cause yang terjadi dalam proses, jika ada. Tujuannya adalah, tentu saja, untuk mengambil keputusan mengenai tindakan-tidakan yang perlu dilakukan.

Semua jenis chart tersebut sama-sama menyajikan data mengenai kinerja proses dari waktu ke waktu. Perbedaannya terletak pada perhitungan limit untuk tipe-tipe data yang berbeda.

Sumber: www.shiftindonesia.com