Data Tidak Normal dalam Six Sigma

Dear Expert, dalam implementasi control chart di pabrik kami, kami sering menemukan data yang tidak normal. Apa yang sebaiknya kami lakukan?

Saat melihat data anda tidak normal, sebenarnya ada dua kemungkinannya:

Secara natural, memang proses anda datanya tidak normal.

Bagaimana anda bisa tahu? Anda bisa cek data historical populasi proses Anda dan melakukan tes normalitas (normality test). Jika tidak normal maka kemungkinan besar memang proses anda tidak normal.

Jika ini yang terjadi, anda dapat melakukan control chart yang normal dengan melakukan transformasi data misalnya dengan transformasi box-cox dan transformasi Johnson. Data yang telah Continue reading “Data Tidak Normal dalam Six Sigma”

Six Sigma di Perbankan (Six Sigma in Banking/Transactional)

Carol adalah wanita sibuk, waktu sangat berharga baginya. Sial bagi Carol ATMnya tertelan, jadi mau tidak mau dia harus mengurusnya di kantor cabang pembantu bank tersebut. Sampai di bank, Carol tidak menduga bahwa antriannya begitu panjang, dia juga melihat bahwa pihak bank sudah membuka semua counter pelayanannya, para frontliner juga “sepertinya” sibuk melayani pelanggan. Namun kenapa dia merasa bahwa proses pelayanan masing-masing nasabah lama?

 

 

 

Apa yang dialami Carol adalah satu dari sekian banyak masalah yang umum terjadi di Bank, dan biasanya pihak bank melakukan pendekatan “firefighting” seperti menambah jumlah frontliner, atau bahkan memberikan kursi tambahan.

Solusi-solusi di atas tidak akan menyelesaikan masalah sampai ke akarnya, seperti fenomena gunung es – puncak es yang terlihat hanya sebagian kecil dari seluruh ketidak beresan sistem.  Jadi, untuk bisa menyelesaikan masalah ini harus dilihat secara menyeluruh.

Six Sigma diadopsi oleh banyak organisasi termasuk institusi keuangan. Sebut saja Bank of America, ABN AMRO, Citibank, JP Morgan dan masih banyak lagi. Meskipun akar dari six sigma Continue reading “Six Sigma di Perbankan (Six Sigma in Banking/Transactional)”

Project Chartering

One of the early step in running a Six Sigma project is Project Chartering. Project Charter itself is a document explaining a purpose or objective and background of a project. Also included in the Charter are improvement team involved in the project and project plan (scheduling).

Part of this Project Charter is completed by a “top-level” team who assign the project to a specific improvement team (usually led by a Green Belt or Black Belt). After the assignment, the improvement team will fully complete the charter and propose to the top-level team for approval. A Project Charter is a living-document, it can change during DMAIC improvement phases.

Apa itu Lean Six Sigma?

Merunut bagaimana Lean dan Six Sigma adalah perpaduan yang sempurna bagi para aktivis perbaikan bisa dilihat pada bagan di bawah ini:

Bila dilihat dari bagan di atas, Lean Six Sigma bukanlah suatu yang baru ada, namun lean six sigma adalah cara baru dalam melakukan pekerjaan. Lean Six Sigma adalah penyempurnaan dari metode-metode perbaikan yang dulu lahir.

Sebelum membahas tentang integrasinya, ada baiknya kita ketahui perbedaan di antara keduanya dari sisi fokus, sasaran, fokus, dan metodenya. Continue reading “Apa itu Lean Six Sigma?”

Belajar Lean Six Sigma’s Branding

Sama dengan program atau metode lain, Lean Six Sigma memiliki branding yang bebas untuk dikomunikasikan ke publik atau penggunanya. Banyak perusahaan yang sesungguhnya mengimplementasikan Lean Six Sigma, namun tidak secara langsung memakai nama Lean Six Sigma. Istilah Lean Six Sigma sendiri sesungguhnya merupakan branding baru dari beberapa program business improvement sebelumnya, seperti misalnya Total Quality Management (TQM).

TQM Vs. Lean Six Sigma

Ada anggapan yang mengatakan bahwa Lean Six Sigma adalah “barang lama dalam kemasan baru”. Mungkin ada benarnya, karena Lean Six Sigma jelas merupakan pengembangan dan bentuk modern dari konsep Total Quality Management (TQM).
TQM yang awalnya adalah Continue reading “Belajar Lean Six Sigma’s Branding”

Basic Statistic and Minitab – Green Belt Training Module – FREE Download

Note: in BAHASA INDONESIA. This is a sample of SSCX’s training modules, covering Basic Statistic and tools. Interested in Basic Statistic or Lean Six Sigma Training? Click here.

Introduction to Basic Statistic in Lean Six Sigma Green Belt Training Module
View more presentations from SSCX

Kenapa Organisasi Membutuhkan Black Belt?

Dunia Persepakbolaaan Indonesia kembali menarik perhatian sebagian masyarakat awam, meskipun tidak memenangkan kejuaraan piala AFF, menurut beberapa pengamat sepakbola apa yang ditampilkan oleh timnas saat ini lebih hidup.

Efektifitas serangan Indonesia atas lawan-lawannya tidak lepas dari peran seorang gelandang serang yang juga seorang kapten Firman Utina. Firman Utina  mampu membagi  serangan timnas dari berbagai sisi secara kreatif dan simultan. Pertanyaannya adalah, apa yang terjadi jika Indonesia tanpa Firman?

Jawabannya mungkin Indonesia masih bisa menang, namun apakah bisa setrengginas saat ini? apakah paduan serangan dan kedisiplinan pertahanan bisa sesolid saat ini? pada Firman jaminan pengatur serangan timnas dibebankan

Tidak berbeda pada tingkat organisasi, keberadaan seorang Black Belt adalah jaminan meningkatnya kinerja perusahaan. Black Belt diperlukan, apabila organisasi menginginkan “kemenangan” yang lebih signifikan, ukuran keberhasilan seorang Black Belt  bisa diukur dengan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk kembali ke titik impas investasi, tingkat penyelesaian proyek, total dan rata-rata nilai finansial menyelesaikan proyek Six Sigma, dan rata-rata waktu penyelesaian proyek. Unsur-unsur inilah yang dipakai untuk mengukur seberapa besar tingkat efektifitas seorang mobilisator dalam program Six Sigma (dalam hal ini Black Belt)

Berikut ini adalah beberapa keuntungan organisasi memiliki seorang Black Belt:

  • Black Belt memiliki kontribusi yang nyata terhadap keuntungan perusahaan. Proyek perbaikan yang dikerjakan seorang Black Belt dapat terhubung langsung dengan strategi  bisnis perusahan.
  • Black Belt memiliki perspektif yang luas. Dia mampu melihat apa yang benar-benar diinginkan oleh pelanggan dan mampu menerjemahkannya dalam critical to Quality. Seorang Black Belt mampu bekerja lintas fungsi dan mendobrak silo-silo perusahaan untuk  menghasilkan kepuasan pelanggan.
  • Selain keahlian teknis dalam menganalisa data dan metodologi six sigma, Black Belt juga mempunyai soft skill dalam memobilisasi atau memotivasi orang-orang yang tepat, pada waktu yang tepat dan cara yang benar.  Dia mampu memobilisasi diri sendiri, anggota tim, dan stakeholder untuk menuju tujuan yang diharapkan bersama.

Kebutuhan seorang Black Belt dalam Organisasi tergantung pada niat organisasi tersebut terhadap program perbaikan yang dimiliki saat ini.  Ibarat sebuah klub yang rela merogoh kantong lebih dalam demi mendapatkan pemain bintang, Black Belt dapat diharapkan menjadi motor penggerak perubahan dalam organisasi. Bedanya Black Belt dan pemain bintang dalam klub sepakbola adalah target! Anda berhak menuntut berapa gol (benefit) yang harus dijaringkan dalam setiap Black Belt “berlaga” mengerjakan proyek perbaikan.

sumber gambar: www.mi-yamaryu.com/